Menapaktilasi Jejak Hijrah: Muslim dari Berbagai Negara Telusuri Rute Nabi Muhammad

N Zaid - Travel 11/11/2025
Muslim dari Berbagai Negara Telusuri Rute Nabi Muhammad. Foto: Dailysabah
Muslim dari Berbagai Negara Telusuri Rute Nabi Muhammad. Foto: Dailysabah

Oase.id - Sekelompok muslim dari berbagai negara berkumpul untuk menapaktilasi jejak Hijrah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M. Mereka menempuh perjalanan selama sepekan, menyusuri sebagian rute klasik yang menjadi saksi penting perjalanan dakwah Rasulullah.

Perjalanan ini diselenggarakan oleh Hijrah Hub, sebuah lembaga berbasis di Inggris yang secara khusus mengatur ekspedisi menelusuri rute Hijrah dengan pendampingan para ahli. Dari total jarak sekitar 450 kilometer, para peserta menyelesaikan 315 kilometer dengan kombinasi berjalan kaki, menunggang unta, dan menggunakan kendaraan.

Sebanyak 15 peserta dari berbagai penjuru dunia turut serta, mengunjungi titik-titik bersejarah yang berkaitan dengan perjalanan Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan merasakan langsung kedalaman nilai spiritual yang terkandung di sepanjang rute.

Setibanya di Madinah, rombongan disambut hangat dengan mawar dan doa, menandai akhir dari perjalanan panjang yang penuh refleksi.

Mengawali Jejak di Masjid Quba, Masjid Pertama dalam Sejarah Islam

Destinasi pertama para peserta di Madinah adalah Masjid Quba, tempat singgah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat memasuki Madinah dalam peristiwa Hijrah. Masjid ini dikenal sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam dan sebagian bangunannya didirikan langsung oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Rombongan kemudian melanjutkan kunjungan ke Masjid Nabawi, tempat bersemayamnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, serta makam Khalifah Umar bin Khattab RA dan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.

Kisah Para Peserta: Dari Rasa Haru hingga Perubahan Hidup

Waseem Mahmood, salah satu pendiri Hijrah Hub, mengungkapkan kepada Anadolu Agency bahwa perjalanan tahun ini menjadi pengalaman paling mendalam dari tiga ekspedisi yang pernah ia ikuti.

“Kami tertawa, menangis, terharu, dan bersyukur. Kini yang tersisa hanya rasa syukur dan kegembiraan. Saat memasuki kota Nabi, kami berharap perjalanan kecil ini menjadi bentuk niat mengikuti jejak beliau,” ujarnya.

Peserta lain, Telhat Sultan dari Inggris, menyoroti manfaat fisik dan mental selama perjalanan. Di tengah kesibukan hidup modern, menurutnya, perjalanan ini menjadi kesempatan untuk memperlambat langkah dan kembali fokus pada hal-hal yang hakiki.

Menariknya, Sultan yang merupakan penyandang diabetes tipe 1, menyebutkan bahwa selama lima hari perjalanan ia sama sekali tidak membutuhkan suntikan insulin.

“Sebelumnya saya harus menyuntik insulin empat kali sehari. Tapi berjalan di gurun, mengonsumsi makanan sehat, dan merasakan peningkatan spiritual membuat kondisi saya stabil tanpa insulin,” jelasnya.

Ia menganggap pengalaman ini memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.

“Rasanya setara dengan ibadah haji dan umrah. Saya berharap lebih banyak muslim bisa merasakan manfaat luar biasa untuk jiwa, raga, dan pikiran.”

Peserta lain, Muhammed Settar, menggambarkan perjalanan ini sebagai pengalaman spiritual yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

“Kami berjalan berhari-hari, melewati padang pasir, tidur di tenda. Ada begitu banyak keberkahan, persaudaraan, dan kebersamaan. Perjalanan ini menjadi titik balik dalam hidup saya,” katanya.

Meski perjalanan telah usai, Settar merasa sangat terharu saat memasuki Madinah.

“Kami berjalan melewati gunung, lembah, dan gurun, sebagaimana Rasulullah lakukan. Bagi kami saja berat, apalagi Rasulullah yang tidak memiliki kemudahan seperti kendaraan atau persediaan makan. Hal itu semakin menumbuhkan cinta dan penghormatan kepada beliau." (dailysabah)


(ACF)
TAGs: Travel