Adab Menjamu Tamu: Jangan Tanya Mau Minum Apa?

Oase.id - Pernahkah Anda kedatangan tamu, lalu dengan sopan bertanya: “Mau minum apa?” Namun, yang terjadi tamu justru menjawab, “Tidak usah, terima kasih.” Akhirnya, tamu itu benar-benar tidak minum apa pun di rumah kita. Situasi seperti ini sering dialami banyak orang, dan tanpa sadar membuat jamuan terasa kaku.
Padahal dalam Islam, menjamu tamu adalah bagian dari akhlak mulia dan tanda keimanan. Cara kita menyambut dan melayani tamu mencerminkan seberapa besar penghormatan kita kepada mereka.
Lebih Baik Menawarkan Pilihan
Ustadz Syafiq Riza Basalamah pernah menyampaikan nasihat dalam sebuah majelis bahwa sebaiknya tuan rumah tidak bertanya dengan kalimat terbuka seperti, “Mau minum apa?” karena besar kemungkinan tamu menolak. Cara yang lebih tepat adalah menawarkan pilihan konkret, misalnya: “Ada teh, ada kopi, atau ada es. Mau yang mana?”
Dengan cara ini, tamu merasa lebih leluasa memilih tanpa sungkan. Prinsip ini sejalan dengan pepatah Arab:
“Jika engkau ingin tamumu tidak makan dan tidak minum apa pun di rumahmu, maka bertanyalah padanya: ‘Mau makan atau minum apa?’”
Teladan dari Para Sahabat
Ada sebuah kisah dari sahabat Nabi ﷺ yang kedatangan tamu. Ia tidak bertanya panjang lebar, melainkan langsung mengambil setangkai kurma yang masih ada buahnya. Dalam tangkai itu ada kurma hijau, kurma kuning setengah matang (rutab), hingga yang agak kering. Semua diletakkan di hadapan tamu, membiarkan tamu memilih sesuai selera.
Kisah sederhana ini menunjukkan bagaimana para sahabat menjamu dengan penuh perhatian, meski dengan jamuan yang sangat sederhana. Intinya bukan pada kemewahan, tapi pada ketulusan memuliakan tamu.
Pesan Islam tentang Memuliakan Tamu
Islam menekankan bahwa memuliakan tamu adalah bagian dari iman. Nabi ﷺ bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim AS dijadikan teladan dalam menjamu tamu. Allah berfirman:
“… lalu Ibrahim datang membawa anak sapi yang dipanggang, dan meletakkannya dekat mereka. Ia berkata: ‘Silakan kalian makan.’” (QS. Adz-Dzariyat: 26-27)
Menghidupkan Adab dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari nasihat dan kisah di atas, kita bisa menarik pelajaran sederhana: saat kedatangan tamu, jangan sekadar bertanya apa yang mereka inginkan. Lebih baik keluarkan apa yang ada di rumah—teh, kopi, kue, buah—dan biarkan mereka memilih.
Dengan cara ini, tamu merasa dihormati, kita pun meneladani akhlak Nabi ﷺ dan para sahabat. Sungguh, jamuan sederhana yang tulus jauh lebih berharga daripada hidangan mewah yang penuh basa-basi.
(ACF)