Menag Dorong Masjid Jadi Motor Pemberdayaan Umat, Rumah Tetap Dihidupkan dengan Ibadah

N Zaid - Kementerian Agama 15/12/2025
Ilustrasi: Pixabay
Ilustrasi: Pixabay

Oase.id - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk menempatkan masjid dan rumah sebagai dua ruang spiritual yang saling melengkapi dalam membangun kualitas keagamaan dan kehidupan sosial masyarakat. Pesan ini disampaikannya saat menghadiri peringatan Milad ke-112 Masjid Raya Al Muttaqun Klaten, Jawa Tengah, Ahad (14/11/2025).

Dalam arahannya, Nasaruddin menegaskan bahwa masjid tidak boleh dipahami semata sebagai bangunan fisik atau tempat ibadah ritual. Sejak awal sejarah Islam, masjid dirancang sebagai ruang pembinaan manusia—tempat membentuk pribadi-pribadi yang tunduk dan bersujud kepada Allah, sekaligus memiliki kepekaan sosial.

“Masjid dibangun bukan hanya untuk berdiri megah, tetapi untuk melahirkan orang-orang yang sujud kepada Allah. Di situlah kualitas dan kekuatan umat dibentuk,” ujarnya, seperti dikutip laman Kemenag, Ahad (14/11/2025).

Menjaga Keseimbangan Syiar dan Penghayatan

Menurut Menag, masjid idealnya mampu menghadirkan keseimbangan antara kesemarakan kegiatan keagamaan dan kedalaman spiritual jamaah. Aktivitas syiar yang ramai perlu diiringi dengan proses kontemplasi agar ibadah tidak berhenti pada rutinitas, tetapi melahirkan kesadaran batin.

Ia mengingatkan bahwa kemajuan masjid tidak hanya diukur dari padatnya agenda, melainkan dari sejauh mana masjid mampu menumbuhkan ketenangan, refleksi, dan perubahan perilaku jamaah dalam kehidupan sehari-hari.

Rumah Jangan Kehilangan Ruh Spiritual

Dalam kesempatan tersebut, Nasaruddin juga menekankan pentingnya menghidupkan rumah sebagai ruang ibadah. Ia meneladani ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menganjurkan salat wajib berjamaah di masjid, sementara rumah dijadikan tempat memperbanyak ibadah sunah.

Menurutnya, pembagian peran ini menjaga keseimbangan spiritual keluarga. Rumah yang sepi dari ibadah, zikir, dan lantunan Al-Qur’an, kata Menag, akan kehilangan ruhnya.

“Rumah jangan sampai seperti kuburan. Rumah yang hidup adalah rumah yang terdengar azan, ngaji, salawat, dan kontemplasi,” tegasnya.

Masjid dalam Sejarah: Lebih dari Tempat Ibadah

Menag kemudian mengulas kembali fungsi masjid pada masa Rasulullah shalllallahu alaihi wa sallam yang bersifat luas dan inklusif. Berdasarkan sejarah, hanya sebagian kecil fungsi Masjid Nabawi yang digunakan untuk ibadah ritual. Selebihnya, masjid menjadi pusat aktivitas umat.

Masjid pada masa Nabi berperan sebagai tempat pendidikan, balai musyawarah, pusat informasi, tempat pelayanan kesehatan, hingga lembaga peradilan. Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan bahwa masjid sejak awal hadir sebagai ruang humanis yang menyentuh berbagai aspek kehidupan.

Harapan untuk Masjid di Indonesia

Dengan jumlah masjid yang mencapai ratusan ribu di seluruh Indonesia, Nasaruddin optimistis masjid dapat menjadi kekuatan sosial yang besar jika dikelola secara inklusif dan responsif terhadap kebutuhan umat. Baik masjid besar di pinggir jalan maupun masjid kecil di perkampungan, semuanya memiliki potensi untuk menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.

Ia berharap Masjid Raya Al Muttaqun Klaten dapat menjadi contoh masjid yang tidak hanya makmur secara fisik, tetapi juga berperan aktif dalam membangun kualitas umat dan kehidupan sosial di sekitarnya.

Peringatan Milad ke-112 Masjid Raya Al Muttaqun ini turut dihadiri Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, jajaran Kementerian Agama, pengurus masjid, serta masyarakat setempat.
 


(ACF)