Apa Itu Bipolar? Ini Gambaran, Ciri, dan Cara Menanggapinya

Sobih AW Adnan - Psikologi Remaja 08/01/2020
Foto ilustrasi diambil dari Pexels/Ekrulila
Foto ilustrasi diambil dari Pexels/Ekrulila

Oase.id- Bipolar disorder, sebutan untuk problem psikologis ini cukup populer belakang hari. Lebih-lebih, setelah ditemukan fakta adanya beberapa publik figur alias sang idola yang telah didiagnosa memiliki gangguan tersebut.

Sebagian dari mereka juga pernah mewarnai media dengan sensasi yang menarik perhatian publik melalui aksi yang kemudian dikaitkan dengan gangguan yang mereka miliki. 

Meskipun cukup baik mengenal istilahnya, banyak dari kita yang belum benar-benar memahami gangguan ini.

Apa sih gejalanya? Apa benar orang dengan bipolar disorder cenderung mencari perhatian? Dari pada menebak-nebak, mending simak pembahasan berikut;

 

Si Lincah” yang tak kenal lelah

Rahma berusaha berbaring dan memejamkan matanya sejenak, namun tiba-tiba, ada letupan dalam diri yang mendorongnya untuk tetap terjaga.

Sudah dua hari, ia tidak pernah benar-benar terlelap. Tiba-tiba muncul ide untuk membuat konten di Youtube channel-nya. Benaknya bergumam, “Sepertinya seru juga kalo kamarnya dihias terlebih dulu”.

Ia pun segera membongkar tumpukan kotak di lemarinya untuk menemukan beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk menghias kamar. Di saat yang bersamaan, ia berpikir untuk memberikan beberapa baju-baju cantik yang ditemuinya untuk teman-temannya besok.

Rahma, bergegas mengambil kertas kado dan membungkusnya satu per satu.

 

Bipolar disorder, bisa disebut juga sebagai gangguan manik depresif alias suatu kondisi medis yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrem.

Salah satu karakter yang paling menonjol dari gangguan ini ialah kehadiran rasa senang berlebihan alias manik.

Namun sebenarnya, terdapat tiga kondisi yang dapat dialami orang dengan gangguan ini, yaitu kondisi manik (a high state), depresi (low state), dan normal (a well state)

Seseorang dengan gangguan ini mungkin saja hanya mengalami episode manik tanpa disertai babak depresi. Beberapa orang lainnya, mungkin mengalami keduanya secara bergantian atau pun bersamaan (mixed)

Setiap episode ditandai dengan gejalanya masing-masing.

 

Pada episode manik, seseorang dapat merasa sedang “menggenggam dunia”, like she/he’s exactly on the top of the world. Ia bisa berlebihan dalam memandang dirinya sendiri, dan merasa bisa melakukan apapun yang berarti untuk dunia.

Keadaan ini ditandai dengan energi yang meluap-luap dalam mengerjakan sesuatu. Pemilik problem ini biasanya tampak tidak begitu mempedulikan pentingnya istirahat. Ia dapat terjaga sepanjang malam dan hanya tidur selama satu atau dua jam di setiap harinya.

Pada beberapa kasus, orang dengan gangguan ini mungkin tidak tidur selama beberapa hari. Sebagaimana contoh kasus di atas, Rahma, masih begitu semangat melakukan berbagai aktivitas meskipun sudah dua hari belum juga bisa tertidur.

Episode manik juga ditandai dengan flight of idea atau ide yang berpindah-pindah dan melompat-lompat. Pada contoh kasus, Rahma memproduksi banyak ide dalam waktu singkat dan mudah terdistraksi oleh hal baru.

Hal ini yang membuat orang dengan gangguan bipolar pada mulanya tampak produktif, namun lama kelamaan justru menjadi panik dalam menjalankan aktivitasnya, mengubah-ubah aktivitas, dan akhirnya banyak aktivitas yang tidak terselesaikan.

Selain itu, orang dalam kondisi ini cenderung kurang dapat mengontrol diri dalam menjalankan aktivitasnya. Ia melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan konsekuensinya atau membuat perencanaan yang matang. Hal ini dapat berdampak negatif bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Coba bayangkan, bila Rahma bukan hanya memberikan baju yang ditemuinya di lemari, tetapi juga perhiasan yang dimiliki tanpa berpikir dua kali. Mungkin ia akan menyesalinya setelah melewati episode ini.

Meskipun berada di episode manik, bukan berarti seseorang pasti merasa bahagia. Kondisi manik justru membuat seseorang menjadi sangat sensitif (irritable) terhadap segala hal yang ada di sekitarnya. Bahkan beberapa hal kecil yang tidak signifikan tetap dapat memicu kemarahannya.

Bila Rahma tidak dapat menemukan peralatan yang dicarinya di lemari, mungkin saja hal tersebut akan membuatnya marah dan mengubrak-abrik seisi kamarnya.

Selain kondisi manik, terdapat kondisi lain yang dikenal dengan hipomania. Seseorang yang berada di kondisi hipomania menunjukkan gejala-gejala yang menyerupai manik namun dalam intensitas yang lebih rendah. 
Dengan kata lain, kondisi ini adalah bentuk dari kondisi manik yang lebih ringan. Gejala yang lebih ringan membuat kondisi ini sulit diidentifikasi diri sendiri atau pun orang-orang di sekitarnya. Padahal, kondisi ini dapat mengarah ke kondisi manik atau depresif.

 

“Si Pemurung” yang membuat dirinya terkurung

Sekarang kita akan membahas episode kedua yang dapat dialami seseorang dengan gangguan bipolar. Episode depresi, paling umum ditandai dengan suasana hati tertekan dan murung.

Pada babak ini, seseorang bisa merasa sedih di sepanjang hari, meskipun tanpa diawali penyebab yang jelas. Ia juga merasa tidak berdaya dan tidak berguna.

Episode depresi juga ditandai dengan berkurangnya minat dan kesenangan untuk melakukan berbagai aktivitas yang sebelumnya disukai. Beberapa di antara yang mengalami kondisi ini masih memaksakan diri untuk tetap melakukan aktivitas tersebut tanpa merasakan kebahagiaan saat melakukannya. Namun, beberapa lainnya benar-benar kehilangan kemampuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Gejala depresi lainnya adalah memiliki kaitan erat dengan permasalahan tidur. Seseorang dapat mengalami kesulitan tidur di malam hari dan tidur terlalu lama pada siang hari.

Tidur dengan durasi yang berlebihan di siang hari membuat seseorang menjadi tidak produktif dan akhirnya semakin mempertegas rasa tidak berdaya dalam dirinya. Pola ini membuat seseorang terkurung dalam lingkaran depresi yang membuatnya dapat semakin dalam merasakan kesedihan dan keterpurukannya. 
Beberapa di antaranya, bahkan mengalami penurunan berat badan yang drastis dan penurunan kemampuan berbicara atau merespons sesuatu.

Setelah mendapatkan gambaran berbagai gejala yang dialami orang dengan gangguan bipolar, kita perlu menggaris bawahi kata kunci lainnya, yakni “diagnosa bipolar baru dapat ditegakkan bila gejala yang muncul bertahan dalam rentang waktu tertentu”.

Itulah sebabnya, mengapa digunakan istilah ‘episode” pada kondisi manik dan depresi yang dialami. 
Beberapa gejala juga dapat muncul sendiri tanpa adanya trigger (pemicu) tertentu. Bila kita merasa memiliki energi berlebih dan ingin melakukan banyak hal secara spontan, dan kita hanya merasakannya selama 1 hari ketika kita baru saja mendapat kabar gembira, kita tidak bisa mendiagnosa diri tengah mengalami gangguan bipolar.

Bisa jadi semua perasaan itu adalah dampak dari euphoria sesaat terkait berita gembira yang kita terima. 

Selain itu, terdapat comorbid condition yang juga amat mungkin menyertai gangguan bipolar. Comorbid condition adalah gangguan atau kondisi medis yang terjadi bersamaan dengan gangguan atau kondisi kesehatan lainnya. Comorbid Condition dapat terjadi sebelum atau bersamaan dengan kemunculan gangguan bipolar.

Beberapa comorbid condition yang mungkin dialami orang dengan gangguan bipolar adalah permasalahan konsumsi alkohol dan obat terlarang, gangguan panic, ADHD, dan Obsesive Compulsive Disorder

 

Bagaimana jika saya atau orang di sekitar saya mengalami gejala di atas?

Satu hal yang perlu disepakati bersama, bahwa diagnosa gangguan ini hanya dapat ditegakkan oleh professional. Langsung menebak-nebak dan mendiagnosa diri mengalami suatu gangguan dapat berdampak negatif.

Saat mendeteksi beberapa gejala terdapat pada diri kita atau orang dekat, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan kepada para ahli di bidangnya.

Bila benar kita mengalami gangguan ini, maka penting bagi untuk benar-benar memahami gangguan ini dan bagaimana manifestasi gejala yang muncul pada diri kita. Pemahaman yang baik dapat membuat kita “sadar” ketika berada di salah satu kondisi (manik/hipomanik/depresi /mixed) sehingga dapat sedikit demi sedikit memaksakan diri untuk mengontrol diri.

Keluarga dan kerabat terdekat tentunya memiliki peran yang sangat signifikan dalam penanganan gangguan ini. Selain memberikan dukungan dan pengertian, mereka juga bisa hadir untuk mengkondisikan agar seseorang yang berada pada kondisi manik tidak mengambil keputusan yang dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain.

Hindari stigma atau menuduh secara ngawur terhadap orang dengan gangguan bipolar. Tidak jarang, kita menilai seseorang berdasarkan sesuatu yang melekat padanya.

Pada kasus gangguan bipolar, perkara yang biasa dituduhkan biasanya berupa stigma jiwa yang lemah, iman yang kurang, atau keinginan untuk mencari perhatian dan sebagainya.

 

Selain tidak mewakili kenyataan, stigma ini hanya akan memperburuk kondisi orang yang mengalami gangguan. Tidak ada manfaat apapun yang dapat diperoleh darinya.

Berbagai penelitian menujukkan bahwa faktor resiko dari gangguan bipolar lebih banyak berkaitan dengan genetis meskipun beberapa di antaranya juga disertai dengan pencetus dari lingkungan.

Untuk itu, lebih baik menyatakan dukungan atau diam dari pada memberikan penilaian-penilaian negatif yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. 

 

Rubrik ini diampu Psikolog Remaja Muharini Aulia (@auliyarini). Pertanyaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan mengubungi redaksi Oase.id 


(SBH)