Peran Ulama Perempuan pada Zaman Nabi

Siti Mahmudah - Perempuan muslim 09/03/2021
Photo by cottonbro from Pexels
Photo by cottonbro from Pexels

Oase.id - Ulama adalah sebutan untuk seseorang yang ahli dalam ilmu agama. Sejak dulu, ulama selalu identik dengan laki-laki. Namun, tahukah kamu bahwa banyak juga ulama perempuan yang memegang peranan penting dalam sejarah Islam.

Sejarah peradaban dunia Islam yang memperlihatkan aktivitas, peran dan posisi perempuan dalam ruang publik, ekonomi, politik dan budaya saat itu terdapat di Damaskus, Baghdad dan Andalusia. Pada masa itu menjadi fenomena dan realitas perempuan Islam di atas panggung sejarah Islam sejak awal.

Realitas sejarah dalam peradaban Islam masa awal ini menunjukkan betapa banyaknya perempuan yang menjadi ulama, cendekia dan intelektual dengan berbagai macam keahlian. Bahkan ada beberapa ulama yang secara kapasitas pengetahuan mengungguli ulama laki-laki.

Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang ahli hadits terkemuka dalam buku Al Ishabah fi Tamyiz ajh-Shahabah menyebutkan, bahwa terdapat 500 perempuan ahli hadits. Lalu, dalam Tahzib Al-Asma wa Ar-Rijal karya Imam Abu Zakariya bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyq juga menuliskan jejak langkah dan sejarah hidup mereka. 

Khalid al-Baghdadi, seorang sufi besar, menulis ratusan perempuan ulama dan cendekia di zaman nabi. Lalu, Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad, seorang sejarawan awal terkemuka, menulis dan mencatat nama-nama dan sejarah hidup mereka. 

Demikian juga, Imam as-Sakhawi, seorang sejarawan, ahli hadits tafsir dan sastra menuliskan mereka lewat buku. Seperti buku ad-Dhaw al-Lami’li ahli Al-Qarn at-Tasi’ dan lain sebagainya. 

Halnya Imam ad-Dzahabi dan Abu Abdillah Muhammad, ahli hadits masyhur menyebut 4.000 hadits tentang rijal hadits yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. 

Ia juga mengatakan:
“Aku tidak mengetahui ada perempuan yang cacat dalam periwayatannya dan tidak pula ada yang tidak dipakai haditsnya.”

“Tidak ada kabar dari seorang pun ulama bahwa keterangan seorang perempuan ditolak hanya karena ia perempuan. Berapa banyak sudah hadits yang diterima bulat oleh para ulama berasal dari seorang perempuan sahabat nabi. Hal ini tidak ditolak oleh siapa pun yang mempelajari hadits, meski minimal.”

Maksud dari kutipan di atas, bahwa tidak ada seorang pun ulama menolak hadits yang berasal dari perempuan sahabat nabi, karena dalam periwayatannya tidak cacat.

Umar Ridha Kahalah juga menulis buku tentang ulama-ulama perempuan di dunia Islam dan Arab, yakni A’lam an-Nisa fi ‘Alamay al-‘Arab wal Islam yang terdiri dari 3 jilid sebanyak 500 halaman. Buku tersebut merekam nama-nama perempuan ulama dengan keahliannya, aktivitas dan peran mereka di masyarakat.

Artinya, bahwa peran perempuan ulama tersebut dalam sejarahnya telah mengambil peran-peran penting sebagai tokoh intelektual dan menjadi sumber ilmu pengetahuan serta tokoh politik, dan tokoh politik yang memiliki moralitas terpuji. Aktivitas mereka tidak hanya di ranah domestik, tetapi dalam ruang publik. Mereka bekerja sama dengan ulama laki-laki, yaitu membangun peradaban Islam yang berkeadilan.

Sumber: Buku perempuan ulama di atas panggung sejarah karya KH. Husein Muhammad


(ACF)