Maksiat, Ternyata Bukan Cuma Urusan Zina, Ini Makna Sebenarnya

Oase.id - Apa Itu Maksiat dalam Islam? Kata maksiat sering langsung dikaitkan dengan perbuatan cabul atau seks bebas atau zina. Padahal, dalam Islam, maksiat berarti setiap bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, baik melalui ucapan, tindakan, maupun niat di dalam hati.
Secara bahasa, maksiat (المعصية) berasal dari kata ‘asha yang berarti menentang atau tidak taat. Imam Al-Jurjani dalam At-Ta‘rifat menjelaskan:
“Maksiat adalah setiap perbuatan yang menyelisihi perintah Allah, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun keyakinan.”
Jadi, seseorang bisa saja melakukan maksiat bukan karena zina, tapi karena menunda salat, menggunjing, atau bahkan meremehkan kebenaran agama.
Dalil Al-Qur’an Tentang Larangan Bermaksiat
Al-Qur’an dengan tegas mengaitkan maksiat dengan sikap menolak ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam neraka, kekal di dalamnya, dan baginya azab yang menghinakan.”
(QS. An-Nisa: 14)
Begitu juga dalam firman-Nya:
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki mukmin dan perempuan mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, lalu mereka memiliki pilihan lain tentang urusan mereka.”
(QS. Al-Ahzab: 36)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa maksiat bisa muncul ketika seorang muslim lebih mengikuti hawa nafsu dibanding ketaatan kepada Allah.
Hadits Tentang Bahaya Maksiat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila seorang hamba melakukan dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat dan memohon ampun, maka hatinya akan bersih kembali. Namun jika ia terus berbuat dosa, maka titik hitam itu akan bertambah hingga menutupi hatinya.”
(HR. Tirmidzi no. 3334)
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Setiap umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan.”
(HR. Muslim no. 2990)
Artinya, menyebarkan maksiat — baik secara langsung maupun lewat media sosial — merupakan dosa besar yang menutup pintu ampunan.
Jenis-Jenis Maksiat yang Sering Tak Disadari
Maksiat tidak selalu berupa tindakan besar. Kadang, hal kecil yang dilakukan terus-menerus bisa jadi dosa di sisi Allah. Beberapa contohnya:
Maksiat lisan: menggunjing, berkata kotor, menyebar fitnah.
Maksiat hati: iri, sombong, dengki, atau tidak ridha dengan takdir.
Maksiat perbuatan: meninggalkan salat, menipu, atau malas menunaikan zakat.
Bahkan menunda kebaikan atau malas menuntut ilmu agama pun bisa termasuk maksiat karena menunda ketaatan.
Akibat Maksiat: Hati Gelap, Hidup Tak Berkah
Ulama besar Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ad-Da’ wa Ad-Dawa’ menjelaskan, maksiat punya dampak besar bagi kehidupan seorang muslim:
Menutup pintu rezeki dan ilmu. Imam Malik berkata kepada Imam Syafi’i:
“Aku melihat Allah memberi cahaya di hatimu, maka jangan padamkan cahaya itu dengan maksiat.”
Mengeraskan hati.
Orang yang terbiasa bermaksiat sulit tersentuh oleh nasihat dan ibadah.
Menghilangkan keberkahan hidup.
Dosa membuat rezeki sempit, hati gelisah, dan hidup terasa berat.
Mengundang murka Allah.
Allah menegaskan dalam QS. Al-Anfal: 33 bahwa selama umat beristighfar, azab ditahan. Namun bila dosa terus dilakukan, murka-Nya bisa datang kapan saja.
Taubat: Jalan Kembali dari Maksiat
Allah tidak menutup pintu ampunan bagi siapa pun. Selama seseorang mau bertaubat, Allah akan menerima.
“Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi no. 2499)
Tiga syarat taubat diterima oleh Allah:
Menyesali perbuatan dosa.
Berhenti dari maksiat tersebut.
Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Kesimpulan: Maksiat Itu Luas, Tapi Ampunan Allah Lebih Luas
Maksiat bukan hanya urusan zina atau dosa besar lainnya. Segala bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah — bahkan yang tampak kecil — adalah maksiat. Namun kabar gembiranya, rahmat Allah selalu lebih besar daripada dosa hamba-Nya.
Selama seorang muslim mau bertaubat dan memperbaiki diri, Allah akan mengampuni dan menggantikan dosanya dengan kebaikan.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah: 222)
(ACF)