Mengingat Kembali Syarat-syarat Berpuasa

Fera Rahmatun Nazilah - Ramadhan 2021 30/04/2020
Photo by Burcu Atalay Tankut from Gettyimage
Photo by Burcu Atalay Tankut from Gettyimage

Oase.id- Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan ketika datang bulan Ramadan.  Akan tetapi, ibadah yang mulai diperintahkan pada tahun kedua hijriyah ini tidak langsung dibebankan begitu saja. Ada syarat-syarat tertentu yang menjadikan seseorang wajib berpuasa.

Syarat puasa terbagi menjadi dua macam. Pertama, syarat wajib. Kedua, syarat sah. 

 

Syarat wajib 

Ahmad Sarwat dalam Puasa, Rukun, Syarat dan yang Membatalkan (2019) menjelaskan, yang dimaksud syarat wajib adalah hal-hal yang membuat seseorang menjadi wajib melaksanakan puasa.

Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka puasa Ramadan tidak diwajibkan bagi dirinya. Bahkan sebaliknya, saum Ramadan bisa berubah hukum menjadi mubah, sunah, atau justru haram.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu mengemukakan lima syarat diwajibkannya puasa, yaitu;

Baca: Bijak Memaknai Hadis 'Bau Mulut Orang Puasa Lebih Wangi dari Kasturi'

 

- Muslim

Puasa Ramadan hanya diwajibkan bagi umat Muslim. Hal ini dilandaskan pada khitab perintah puasa dalam QS. Al-Baqarah: 183 yang didahului dengan sapaan kepada orang-orang beriman (Yaa ayyuhal ladzina aamanu).

Berdasarkan Madzhab Hanafi, Islam adalah syarat wajib, sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa Islam adalah syarat sah.

Lalu, apa bedanya?  

Jika menganggap Islam adalah syarat wajib, maka nonmuslim memang tidak diwajibkan berpuasa Ramadan oleh Allah. Artinya, di akhirat kelak ia tidak akan ditagih dan tidak dianggap berdosa karena meninggalkan puasa.

Sebaliknya, jika mengkategorikan Islam sebagai syarat sah, sebagaimana dinyatakan mayoritas ulama, maka orang yang kafir sejatinya tetap wajib berpuasa. Hanya saja, puasanya tidak akan dianggap sah sebelum ia memeluk Islam.

Di akhirat, kelak orang-orang kafir itu dimintai pertanggung-jawaban karena telah meninggalkan puasa.

 

- Balig

Seorang Muslim yang telah mencapai usia balig diwajibkan berpuasa. Tanda balig bagi laki-laki adalah mimpi basah. Sedangkan tanda bagi perempuan adalah menstruasi.

Oleh karena itu, anak kecil yang belum mencapai usia balig tidak diwajibkan berpuasa. Namun, orangtua perlu melatih agar anak-anaknya mengenal dan membiasakan diri dengan ibadah puasa.

Meski tidak wajib, puasa anak kecil yang mumayyiz tetap sah.

 

- Berakal

Hanya Muslim berakal saja yang diwajibkan berpuasa. Artinya, orang gila, orang yang pingsan, mabuk, dan lainnya yang tidak berakal, tidak dituntut untuk berpuasa.

Berdasarkan Mazhab Syafi’i, orang yang pingsan, murtad (kemudian masuk Islam lagi), dan orang mabuk wajib mengqada puasa yang ditinggalkannya.

Sementara muallaf dan orang gila tidak diwajibkan mengqada puasa yang ditinggalkan ketika dia masih dalam status kafir atau hilang akal.

 

- Sehat dan mampu

Puasa Ramadan diwajibkan bagi Muslim yang sehat dan mampu. Allah Swt memberikan keringanan bagi orang yang sakit untuk tidak berpuasa, kemudian menggantinya di hari lain saat ia sudah sehat.

Demikian pula orang yang sudah sangat tua dan lemah, ia boleh tidak berpuasa dan menggantinya dengan fidyah.

 

- Mukim

Orang yang bermukim atau tidak sedang melakukan perjalanan tidak dijatuhkan kewajiban saum. Akan tetapi orang yang sedang melaksanakan perjalanan tetap diwajibkan mengganti puasa yang ditinggalkannya di hari lain.

Allah Swt bersabda;

“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. (QS. Al-Baqarah: 185)

 

Syarat sah puasa

Masih dalam buku yang sama, Ahmad Sarwat menyatakan, yang dimaksud syarat sah adalah syarat yang harus dipenuhi agar puasa yang dilakukan seseorang menjadi sah hukumnya di hadapan Allah Swt. 

Dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu dicantumkan syarat sah puasa menurut empat mazhab, yaitu;

 

- Mazhab Hanafi

Dalam mazhab Hanafi, syarat sah puasa ada tiga, yakni, niat, bebas dari hal yang dilarang berpuasa seperti haid dan nifas, serta bebas dari hal yang membatalkan puasa.

 

- Mazhab Maliki

Syarat sah puasa dalam Mazhab Maliki ada empat. Yaitu, niat, suci dari haid dan nifas. beragama Islam, dan dilaksanakan di waktu yang diperbolehkan puasa, artinya tidak sah bila dilaksanakan di waktu haram berpuasa, misalnya hari Idulfitri.

Mazhab Maliki juga memasukkan keharusan “berakal” dalam syarat sah puasa.

Baca: Ini Surat yang Dibaca Nabi Muhammad saat Melaksanakan Salat Witir

 

Mazhab Syafi’i

Syarat sah puasa dalam Mazhab Syafi’i ada empat, yakni: Islam, berakal, suci dari haid dan nifas, dan niat. 

 

Mazhab Hanbali

Sementara bagi mazham Hanbali, syarat sah puasa terdiri dari tiga hal, yaitu, beragama Islam, niat, serta suci dari haid dan nifas

 

Sumber: Disadur dari keterangan dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili serta Puasa, Rukun, Syarat dan yang Membatalkan (2019) karya Ahmad Sarwat.


(SBH)