Hukum, Keutamaan, dan Niat Puasa Sunah Syawal

Sobih AW Adnan - Idulfitri 2020 24/05/2020
Photo by StudioLabs from Pixabay
Photo by StudioLabs from Pixabay

Oase.id- Idulfitri bukanlah batas umat Islam menjalankan ibadah puasa. Di bulan Syawal, terdapat pula kesunahan melaksanakan ibadah puasa selama sepekan setelah Lebaran.

Bahkan, Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain menyebutkan, puasa 6 hari setelah Idulfitri mendapatkan balasan pahala setara puasa sepanjang tahun. Hal itu berdasarkan hadis yang disampaikan Abu Ayub Al-Anshari bahwa Rasulullah Muhammad Saw bersabda;

"Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh." (HR. Muslim)

Puasa sunah Syawal diutamakan dilakukan sehari setelah 1 Syawal atau Hari Raya Idulfitri. Boleh juga dilakukan secara terpisah-pisah asalkan masih berada di dalam bulan Syawal.

 

Malahan, Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengatakan, puasa sunah Syawal tetap dianjurkan bagi yang sempat meninggalkan puasa Ramadan karena uzur. Artinya, puasa Syawal menjadi waktu qada terbaik untuk menambal kekurangan puasa yang ditinggalkan selama Ramadan.

"Yang jelas, seseorang tetap mendapat keutamaan sunah puasa Syawal dengan cara melakukan puasa qada atau puasa nazar," tulis Al-Baijuri dalam Hasyiyatul Baijuri ‘ala Syarhil Allamah Ibni Qasim.

Baca: Ucapan Lebaran, Minal Aidin wal Faizin atau Taqabbalallahu Minna wa Minkum?

 

Niat

Berbeda dengan niat puasa Ramadan, cara dan status niat dalam puasa sunah mendapat sorotan beragam dari para ulama.

Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami lebih berpendapat bahwa puasa sunah Syawal tidak mewajibkan adanya penyebutan secara spesifik nama puasa yang akan dijalankannya di dalam niat. Akan tetapi, banyak ulama lainnya menyebutkan, bahwa pengkhususan dan penyebutan puasa sunah Syawal tetap diperlukan karena bagian dari komponen niat yang tidak bisa dipisahkan. 

Begitu pula tentang waktu membaca niat. Ada ulama yang menyatakan bahwa niat puasa sunah Syawal wajib dibaca di malam hari selayaknya niat puasa Ramadan, ada pula yang berpendapat bahwa niat puasa sunah Syawal boleh dibaca di siang hari ketika belum sempat minum, makan, atau melakukan hal yang membatalkan kemudian diniatkan meneruskannya ke dalam ibadah puasa.

Berikut adalah bacaan niat puasa sunah Syawal;

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى


Nawaitu shauma ghadin 'an adaai sunnatisy syawwaali lillahi ta'ala.

"Saya berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah Swt."

Baca: Bacaan Takbir Idulfitri Lengkap dengan Arab, Latin, dan Terjemahannya

 

Sementara bagi yang tidak sempat membaca niat di malam hari, boleh melafalkan niat berikut di pagi atau siang hari;

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hadzal yaumi 'an adaai sunnatisy syawwaali lillahi ta'ala. 

"Saya berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah Swt."

 

 

Sumber: Disarikan dari Nihayatuz Zain syarah Qurratul Ain karya Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, serta penjelasan dalam Hasyiyatul Baijuri ‘ala Syarhil Allamah Ibni Qasim karya Syekh Ibrahim Al-Baijuri.


(SBH)