Imam Besar Masjid Istiqlal: Inilah Keunggulan Generasi Muda Muslim Indonesia 

Sobih AW Adnan - Generasi Islam 09/11/2019
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar/nasaruddinumar.org
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar/nasaruddinumar.org

Oase.id- Tidak semua negeri mendapatkan anugerah sekaya Indonesia. Kaya, tidak cuma dari gelimang sumberdaya alam yang melimpah, akan tetapi juga dari banyaknya sumberdaya manusia yang mampu bergerak dan saling memberikan manfaat.

Anugerah itu, kian sempurna dengan kehadiran Islam sebagai keyakinan yang paling banyak dianut masyarakat di dalamnya. Islam dan Indonesia, mewujud sebagai dua hal yang tidak patut dipertentangkan. Keduanya saling mengisi, memberi arti.

Dari hari ke hari, masyarakat Muslim di Indonesia mengedepankan prinsip beragama dalam keberagaman. Berbeda latar belakang dan identitas, bukan masalah. Justru keberagaman itu menjadi sebuah modal bagi umat untuk bisa saling melengkapi.

Berdasarkan fakta tersebut, wajar, jika Indonesia hari ini dikatakan sebagai kiblat peradaban bagi masyarakat Islam dunia. 

Ciri khas

Ada beberapa alasan mengapa Indonesia memang pantas disebut kiblat peradaban Islam dunia.

Pertama, bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat yang cinta Rasulullah Muhammad Saw. Hal itu, ditunjukkan dengan riuhnya ungkapan selawat nabi di berbagai tempat. Padahal, dalam catatan sejarah Islam dunia, tak sekalipun ada riwayat yang menunukkan bahwa pernah ada nabi yang hadir dan diutus di Indonesia.

Kedua, sebagai negara penganut demokrasi, ajaran Islam dihayati masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang sudah selaras dengan sistem tersebut. Meskipun di beberapa belahan dunia Islam kerap terjebak dan terlibat dalam aksi kekerasan, tapi keselarasan Islam dan demokrasi dalam benak masyarakat Indonesia mampu menjadi jalan damai yang berdampak pada terciptanya iklim masyarakat yang saling menghargai hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Ketiga, Indonesia juga negara yang konsisten mendorong kesetaraan. Jika di keumuman negara Timur Tengah dominasi pasar masih dikuasai laki-laki, di Indonesia tidak. Laki-laki dan perempuan di mata negara memiliki hak yang sama.

Indonesia memang bukan negara Islam, melainkan Pancasila. Akan tetapi, justru berkat itulah banyak negara belajar syariat dan demokrasi kepada Indonesia. 

Semangat yang tinggi dalam menghargai kemerdekaan. Di Indonesia, banyak kelompok keagamaan yang tetap bertumbuh dan berkembang sebagai mana mestinya. 

Inilah kualitas Islam Indonesia, sebuah teladan yang patut dicontoh dan dipertahankan dari generasi ke generasi. 

Wajah generasi Islam hari ini

Dari sekian keunggulan masyarakat Islam di Indonesia, makin bertambah pula keistimewaan tersebut jika melihat generasi Islam yang hadir hari ini. 

Ada beberapa hal yang berbeda dan menjadi nilai tambah generasi Indonesia sekarang dibanding generasi-generasi sebelumnya. 

Pertama, angkatan Islam hari ini adalah mereka yang biasa disebut generasi post-milenial. Kecenderungan mereka adalah para pemuda yang mempunyai pemahaman dan pandangan secara rasional sekaligus spiritual. 

Ini penting dalam hal keagamaan. Karena Imam Malik pernah berkata "Man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa, wa man tafaqqaha wa lam yatashawwaf faqad fasadat. Barang siapa mengamalkan tasawuf yang diibaratkan sebagai sisi spiritualitas tanpa fikih yang rasionalitas, maka dia telah zindik. Dan barang siapa mempelajari fikih tanpa tasawuf dia tersesat.

Itulah makna Iqra bismirabbik. Jika iqra saja, maka ia akan menjadi monster. Harus birabbik, memiliki semangat penghambaan. Tidak ada kekuatan selain dari Allah Swt.

Inilah yang dimiliki generasi hari ini. Dia tidak cuma murni spiritual, tapi punya modal rasional. 

Kedua, generasi hari ini bukan cuma yang Sami'na wa atha'na, kami mendengar dan kami taati. Melainkan, kami mendengarkan, tapi akan diteliti terlebih dahulu. Jika imbauan itu dianggap masuk akal, ya oke. Jika tidak, bisa mereka tinggalkan.

Ketiga, generasi Islam sekarang diisi oleh insan-insan yang kreatif. Dengan ragam informasi yang mereka terima, tanpa berbatas ruang juga waktu. Hal ini bisa menjadi modal bagi dunia Islam untuk terus berjalan ke depan menuju kemajuan.

Generasi Indonesia masa depan adalah generasi Islam yang cerdas, kritis, dan optimis. Sebuah keunggulan yang patut terus dijaga dan disyukuri.


Disarikan dari wawancara bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, di Kompleks Masjid Istiqlal pada 6 September 2019. 


(SBH)