Kisah Nabi Nuh, Mukjizat Bahtera Besar dan Azab Banjir Bandang

Phooby Kamaratih - Ramadhan 2021 04/05/2021
 Photo by Alexandr Podvalny from Pexels
Photo by Alexandr Podvalny from Pexels

Oase.id – Nuh Alaihi salam (AS) merupakan salah satu nabi yang memiliki gelar khusus sebagai utusan Allah yang tabah dalam berdakwah dan menghadapi kaum yang pembangkang. Dalam kitab Bada’I Izzuhur, Imam Kisa’I menjelaskan bahwa nama sebenarnya Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar atau Yasykur.

Asal mula dinamakan Nuh, diceritakan bahwa ia melihat anjing yang memiliki empat mata dan dengan spontan Nuh berkata: anjing ini sangat menjijikan. Setelah mengingat kembali kata-kata tersebut, Abdul Ghaffar atau Yasykur terus menangis, karena seringnya ia menangis maka diberilah nama dia Nuh (Menangis).

Kaum penyembah berhala

Nabi Nuh AS diutus oleh Allah untuk berdakwah di kawasan sungai Eufrat dan Tigris. Di sana terdapat raja yang zalim bernama Darmasyil. Raja dan kaumnya tersebut menyembah lima berhala, yaitu Wadd, Suwa, Yagus, Ya’uq dan Nasr. Dalam Al-Quran tertulis surat Nuh ayat 23;

 

وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ

Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nasr.”

Lima berhala tersebut dikelilingi oleh 1.700 berhala lainnya dan dibuatkan rumah yang berhiaskan marmer berwarna-warni. Selain marmer, berhala tersebut memiliki kursi yang terbuat dari emas dan bermacam-macam perhiasan mewah, dan memiliki hari perayaan yang diperingati setiap tahunnya.

Pada suatu waktu perayaan berhala, Nabi Nuh keluar untuk memberikan peringatan dan ajakan menuju jalan Allah SWT. Namun, mereka hanya menyalakan api disekitar berhala, mempersembahkan kurban, bersujud kepada berhala dan menari berpesta ria sambil meminum arak dan berpesta seks.

Nabi Nuh yang sabar dan Mukjizat Bahtera

Nabi Nuh AS merupakan salah satu Nabi yang sabar dalam berdakwah. Mengapa demikian? Sebab, setelah berdakwah selama hampir 5 abad Nuh hanya memiliki sedikit pengikut, yaitu sekitar 70 sampai 80 orang saja. Pengikut Nabi Nuh juga hanya terdiri dari orang-orang biasa, bukan berasal dari orang terpandang atau kaya raya.

Penolakan atas ajakan Nabi Nuh bukan hanya berasal dari kaumnya tetapi berasal juga dari keluarganya yaitu istri dan putranya Kan’an. Dua keluarganya yang sangat dekat secara terang-terangan menentang ajaran Nabi Nuh dan menghasut orang untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh AS.

Suatu waktu pemimpin kaum kafir berkata kepada Nuh, (mereka) dengan rela untuk mengikuti ajaran Nabi Nuh AS namun dengan syarat pengikut Nabi Nuh yang terdiri dari orang-orang hina itu ditinggal atau diusir. Nabi Nuh AS menolak persyaratan tersebut. Atas penolakan tersebut, para pemimpin itu kesal dan menantang Nabi Nuh dengan berkata “Bila memang kedurhakaan mereka kepada Allah akan mendatangkan azab yang besar maka segeralah datang azab tersebut.”

Kemudian Nabi Nuh memperoleh petunjuk dari Allah SWT sekaligus mukjizat yaitu diperintahkan oleh Allah untuk membangun bahtera besar yang berasal dari kayu jati. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan dalam surat Hud ayat 37.

 

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلاَتُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)

Pembuatan bahtera tersebut menghabiskan waktu mencapai 40 tahun, selama itu juga Nabi Nuh diuji kesabarannya terhadap kaumnya. Bukannya makin sadar akan kekhilafan mereka, tetapi malah menjadi-jadi dalam mengejek Nabi Nuh AS. Mereka memandang pembuatan bahtera sebagai pekerjaan orang gila karena membuat bahtera di atas bukti gurun pasir.

Azab banjir besar

Setelah selesai pembuatan bahtera selama 40 tahun, maka datanglah janji Allah dan memerintahkan Nabi Nuh untuk bersiap. Sebagai tanda datangnya banjir akan munculnya air dari tannur di dapur rumah Nabi Nuh AS.

Al Qur’an Surat Hud ayat 40:

 

حَتّٰۤى اِذَا جَآءَ اَمۡرُنَا وَفَارَ التَّنُّوۡرُۙ قُلۡنَا احۡمِلۡ فِيۡهَا مِنۡ كُلٍّ زَوۡجَيۡنِ اثۡنَيۡنِ وَاَهۡلَكَ اِلَّا مَنۡ سَبَقَ عَلَيۡهِ الۡقَوۡلُ وَمَنۡ اٰمَنَ‌ؕ وَمَاۤ اٰمَنَ مَعَهٗۤ اِلَّا قَلِيۡلٌ

"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.’ Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit."

Maka pada suatu hari tannur mulai menunjukkan tanda-tanda dari dalam rumah Nabi Nuh. Mengetahui hal tersebut, Nabi Nuh pun membuka bahtera dan mengajak seluruh pengikutnya untuk naik ke bahtera tersebut. Hingga Jibril turun ke bumi untuk mengiring seluruh hewan yang berpasangan untuk naik agar jenis hewan tersebut tidak punah dari muka bumi.

Setelah mengumpulkan hewan darat di lantai pertama kapal, sedangkan lantai kedua manusia, dan lantai ke tiga jenis burung. Agar Hewan buas tidak memangsa hewan jinak, maka Allah turunkan demam kepada hewan hewan buas tersebut. Setelah seluruh makhluk yang ditakdirkan selamat masuk ke dalam kapal, kemudian ditutupnya pintu kapal dengan kekuasaan Allah.

Lalu Allah turunkan air dari langit dan air dari bumi hingga air terus meninggi. Air hujan terus turun sangat deras dan belum pernah terjadi sebelumnya. Lautan pun semakin bergejolak dan ombaknya menerpa apa saja. Peristiwa ini tergambar jelas pada Al-Quran surat  Al-Qamar: 11-13

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.”

Air terus naik hingga melampaui ketinggian puncak gunung dan akhirnya seluruh permukaan bumi diselimuti air. Para kaum kafir yang tidak mau mengikuti Nabi Nuh pun musnah tenggelam. Itu adalah tsunami paling dahsyat di muka bumi dan tidak ada lagi banjir sebesar ini hingga tiba hari kiamat.


(ACF)