Kemuliaan 10 Hari Terakhir di Bulan Ramadhan

Octri Amelia Suryani - Ramadhan 2021 04/05/2021
Ilustrasi. Foto: Chiplanay dari Pixabay
Ilustrasi. Foto: Chiplanay dari Pixabay

Oase.id - Bercerita tentang 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, mungkin tidak langsung mengingatkan kepada satu peristiwa yang sangat berarti bagi umat Islam. Tetapi jika menyinggung malam lailatul qadar, maka langsung terbesit tentang malam turunnya Alquran. Yakni terletak antara 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Yaitu 10 malam terakhir yang sangat berarti jika mengetahuinya. Malam lailatul qadar juga disebut sebagai malam yang paling mulia daripada 1.000 bulan.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Kitab Tafsir Bahr al-‘Ulum karya Abu al-Laits an-Naisburi yang berbunyi:

 

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ" يَعْنِي اَلْعَمَلُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلُ فِي أَلْفِ شَهْرٍ لَيْسَ فِيهَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

 

“Firman Allah Swt; ‘Lailatul qadr itu lebih baik dari seribu bulan’ maksudnya adalah amal kebajikan yang dilakukan pada lailatul qadar itu lebih baik dibanding amal kebajikan selama seribu bulan yang tidak ada di dalamnya lailatul qadar.” Lihat, Abu al-Laits as-Samarqandi, Bahr al-‘Ulum, Bairut-Dar al-Fikr, juz, III, 577.

Dalam kitab tafsir di atas disebutkan bahwa amal kebaikan yang dilakukan pada malam lailatul qadar lebih baik dari malam yang tidak ada lailatul qadar-nya. Untuk mendapatkan malam lailatul qadar, ada beberapa amalan yang hendaknya dilakukan oleh umat Islam. Di antaranya:

1. Menahan hubungan badan.

2. Meningkatkan intensitas ibadah pada malam hari. Ini diyakini bahwa peristiwa turunnya Alquran pada malam hari.

3. Mengajak keluarga untuk melakukan amalan kebaikan selain yang fardu.

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim Aisyah RA berkata:

 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

 

“Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).

Akan tetapi, di luar dari semua itu, memang tidak ada yang mengetahui pasti tentang terjadinya malam lailatul qadar kecuali Allah Swt. Seperti sabda Rasulullah Saw. yang berbunyi:

 

تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

 

“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.” (Muttafaqun ‘Alaihi dari Aisyah Radliyallahu ‘Anha).

Ada juga para sahabat Nabi meyakini bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil seperti malam ke 23, 25 dan 27. Dalam hadis Abu Dzar disebutkan:

 

أَنَّهُ قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً

 

“Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak salat keluarga dan istri-istrinya pada malam dua puluh tujuh (27).”

Maka dari itu, gunakanlah kesepakatan ini dengan sebaik mungkin demi mendapatkan nilai-nilai pahala yang lebih dari hari-hari biasanya.


(MBM)