Tafsir Al-Mishbah: Dunia Cuma Rambu-rambu

Sobih AW Adnan - Alquran 01/05/2020
Photo by Mishaal Zahed on Unsplash
Photo by Mishaal Zahed on Unsplash

Oase.id- Segalanya bersumber dari kekuasaan Allah Swt. Tidak ada satu hal pun di langit dan di bumi yang terlepas dari pengetahuan dan kekuasaan-Nya.

Keberadaan alam raya, tak lain hanya merupakan pertanda atas keberadaan Allah Swt sebagai Sang Maha Pencipta.

Pakar tafsir Al-Qur'an Prof. KH Muhammad Quraish Shihab mengatakan, penegasan alam raya, dunia, dan manusia adalah sekadar tanda-tanda dari kekuasaan Allah Swt itu di antaranya tercantum dalam QS. Al-Jatsiyah: 1-11. Terutama, dimulai dari kandungan makna dalam ayat ke-3;

 

إِنَّ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّلْمُؤْمِنِينَ

"Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman."

Baca: Tafsir Al-Mishbah: Beda Kegembiraan di Dunia dan di Surga

 

Pengertian tanda

Prof Quraish menerangkan, makna dari lafaz "Aaayat" yang berarti "tanda-tanda" pada firman tersebut bisa dipahami ke dalam dua pengertian.

Pertama, tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. Kedua, tanda-tanda atau petunjuk yang diciptakan untuk manusia. 

"Dalam pengertian kedua ini, tanda diserupakan sebagai rambu-rambu petunjuk jalan. Artinya, sebagai pengingat bagi manusia agar terus bergerak ke arah tujuan, yakni keridaan Allah Swt," kata pendiri Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) tersebut dalam tayangan Tafsir Al-Mishbah, di Metro TV, pada Jumat, 1 Mei 2020.

Allah Swt meletakkan tanda-tanda kekuasaan-Nya di langit dan di bumi sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Tidak hanya dari segi bentuknya, termasuk pula sistem yang ada di dalamnya seperti pergantian siang dan malam, pergeseran musim, persebaran tumbuhan dan hewan, begitu pun pegerakan udara dari berbagai arah mata angin. 

 

تِلْكَ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِٱلْحَقِّ ۖ فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَ ٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ يُؤْمِنُونَ 

"Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya." (QS. Al-Jatsiyah: 6)

 

"Allah Swt menciptakan tanda-tandanya dengan begitu indah. Sayangnya, atas keindahan tersebut, sebagian manusia menjadi lalai. Mereka lupa bahwa keindahan dunia dan seisinya hanya merupakan rambu yang akan mengantarkan perjalanan mereka ke tujuan utama," kata Pak Quraish.

Sebagaimana penanda pada rambu-rambu lalu lintas, terang Prof. Quraish, pengguna jalan tidak boleh berhenti berlama-lama cuma karena terkesima dengan bentuk keindahan sebuah petunjuk jalan. 

"Sikap kita terhadap rambu-rambu atau papan petunjuk jalan itu hanya berhenti sebentar untuk mengamati ke mana arah tujuan selanjutnya, bukan berhenti total dan lupa arah perjalanan selanjutnya. Itulah orang-orang yang lalai," kata dia.

Baca: Tafsir Al-Mishbah: Jerit Putus Asa Para Penghuni Neraka

 

Orang-orang yang lalai

Lebih lanjut, Prof Quraish menjelaskan, ada dua kategori orang yang lalai kemudian ingkar dengan seruan Allah Swt sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Jatsiyah: 8-9.

"Mereka yang kelak mendapatkan azab yang pedih adalah orang-orang yang mendengar ayat-ayat Allah Swt tapi mengingkari tanda-tanda tersebut karena sikap sombong yang dimilikinya. Ada pula yang lebih parah lagi, yakni orang-orang yang mengerti tanda-tanda itu, kemudian tidak cuma mengingkari, akan tetapi mereka justru menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai bahan mengolok-olok," kata Prof. Quraish.

Orang-orang tersebut akan dibalas Allah Swt dengan memasukkan mereka ke neraka Jahanam. Di akhirat, mereka akan mendapatkan siksa dengan kepedihan dan kehinaan luar biasa karena mengabaikan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt yang telah ditunjukkan melalui keberadaan alam raya, juga dalam petunjuk-petunjuk yang disampaikan melalui kitab suci Al-Qur'an.


هَٰذَا هُدًى ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِّن رِّجْزٍ أَلِيمٌ 

"Ini (Al-Qur'an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih." (QS. Al-Jatsiyah: 11)

 

Menurut Prof Quraish, ada penekanan makna mengapa Allah Swt menyebut langsung Al-Qur'an sebagai petunjuk. Bukan sekadar memberi petunjuk. Yakni, sebuah penegasan bahwa kandungan Al-Qur'an berisi kebenaran itu sendiri.

Baca: Tafsir Al-Mishbah: Mengapa Al-Qur'an Berbahasa Arab?

 

"Seperti jika kita mengucapkan si A cantik, bisa jadi kadarnya cuma 60 sampai 70 persen. Tapi ketika bilang si A adalah kecantikan, maka itu bermakna total. Seluruh hal-hal yang cantik terdapat pada dirinya," jelas Prof. Quraish.


(SBH)
TAGs: Alquran