Teladan Umat Islam: Waktu dan Adab Tidur Malam Nabi Muhammad SAW

Octri Amelia Suryani - Nabi Muhammad Saw Al-Quran 28/10/2021
Gambar oleh Yuri_B dari Pixabay
Gambar oleh Yuri_B dari Pixabay

Oase.id - Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia sempurna. Sosok yang jujur dan terpercaya. Beliau memiliki hati mulia dan lembut tutur katanya.

Segala tingkah laku dan sikap yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ sudah sepatutnya menjadi teladan bagi umat muslim. Termasuk perihal adab dan waktu tidur malam bagi Rasulullah ﷺ.

Daeng Naja dalam bukunya berjudul "Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam" menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ biasa tidur di awal malam. Kemudian bangun di sepertiga malam terakhir.

Hal tersebut dilandaskan dari sebuah hadis yang dinukil dari istri Nabi Muhammad ﷺ, Aisyah RA:

وَعَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ ، وَيَقُومُ آخِرَهُ فَيُصَلِّي. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: "Rasulullah ﷺ tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam. Lalu beliau melakukan salat." (HR. Muttafaqun 'alaih).

Dalam artian bahwa waktu kebiasaan bagi Nabi Muhammad ﷺ untuk tidur malam adalah setelah salat Isya --sekitar pukul 19.45 hingga 20.00--.

Nabi Muhammad ﷺ tidur lebih awal dimaksudkan agar bisa bangun lebih awal. Tujuannya untuk mendirikan salat malam. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al Muzammil ayat 1-7, yang artinya:

"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang."

Selain itu, tidur setelah salat Isya dianggap sebagai waktu yang tepat dalam menutup amal di malam hari. Kemudian, membuat kita lebih mudah bangun untuk melaksanakan salat malam dan bermunajat kepada Allah SWT.

Dalam banyak hadis juga telah disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sangat menghindari banyak aktivitas setelah salat Isya. Salah satunya dalam hadis dari Abdullah Mas'ud RA, ia berkata:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ جَدَبَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّمَرَ بَعْدَ الْعِشَاءِ يَعْنِي زَجَرَنَا

Artinya: "Rasulullah ﷺ melarang kami berbincang-bincang setelah Isya, yakni melarang dengan peringatan kepada kami." (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan hadis tersebut dapat dipahami bahwa obrolan yang tidak disukai oleh Rasulullah ﷺ adalah obrolan mubah. Obrolan yang tidak ada kebaikan bagi orang yang mengucapkannya. Adapun beberapa kegiatan yang dibolehkan, di antaranya tilawah, menerima tamu, membahas kaum muslimin, dan menuntut ilmu.

Terkait hal ini, terdapat hadis lain yang menjelaskannya. Yaitu sebagai berikut bunyinya:

لاَ سَمَرَ إِلاَّ لِمُصَلٍّ أَوْ مُسَافِرٍ

Artinya: "Tidak ada obrolan (setelah salat Isya) kecuali bagi orang yang sedang salat atau orang yang bepergian." (HR. At-Tirmidzi)

Dalam tidurnya Nabi Muhammad ﷺ juga memiliki adab. Nabi Muhammad ﷺ tidur dalam posisi memejamkan mata. Namun demikian, hatinya tetap terjaga. Contoh adab lain dari Nabi Muhammad ﷺ adalah tidur dengan menghadap ke sebelah kanan. Tidak sekadar langsung tidur, tetapi sambil berzikir kepada Allah hingga kedua matanya terpejam dan tertidur.


(ACF)