Cerita Khalifah Umar Menyurati Sungai Nil

Sobih AW Adnan - Sahabat Nabi Muhammad 28/03/2020
 Photo by Josef Heiss from Pixabay
Photo by Josef Heiss from Pixabay

Oase.id- Penduduk Mesir resah. Sungai Nil yang menjadi tumpuan hidup itu kini tampak kering tak mengalirkan air. Tak ada lagi yang bisa mereka lakukan, terkecuali mendatangi Gubernur Amr bin Ash dan melapor.
 
"Wahai pemimpinku, sungai Nil memiliki suatu musim untuk tidak mengalir, kecuali dengan tumbal," kata mereka.
 
"Tumbal apakah itu?," tanya Amr ibn Ash.

Penduduk Mesir menjawab, "Di setiap tanggal 12 pada bulan seperti ini, biasanya kami mencari gadis perawan. Lalu kita rayu orang tuanya dengan memberinya perhiasan serta pakaian mewah. Kemudian dia, tumbal itu, kita lemparkan ke sungai Nil."

Baca: Umar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir


 
Amr bin Ash tekejut, lantas mencegah, "Ini tidak boleh dalam agama Islam. Islam telah menghapus keyakinan-keyakinan seperti ini!"
 
Meski sempat berdebat alot, akhirnya penduduk Mesir bersepakat untuk sabar menunggu sampai beberapa waktu. Nahasnya, hingga beberapa bulan kemudian, tanda-tanda Nil kembali normal belum juga muncul.
 
Ketika penduduk semakin panik dan ancaman menyerahkan tumbal ke sungai muncul di sana-sini, Amr bin Ash merasa terdesak. Ia segera menulis surat kepada Khalifah Umar bin Khattab. Tak begitu lama, Amr bin Ash mendapat balasan dari sahabat Rasulullah berjuluk Al-Faruq itu.
 
"Sikapmu sudah benar, wahai Gubernur. Bersama ini saya lampirkan secarik kertas untuk kamu lemparkan ke sungai Nil," pesan Umar dalam suratnya.

Baca: Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Sahabat Nabi dengan Segudang Prestasi yang Wafat karena Wabah


 
Dengan sedikit heran, Amr bin Ash membuka lalu membaca surat sang khalifah untuk sungai raksasa itu;

Dari hamba Allah
Umar Amirul Mukminin

Kepada Nil; sungai penduduk Mesir
 
Bila kamu mengalir karena kehendakmu sendiri, maka kamu tidak perlu mengalir karena kami tidak butuh kepadamu. Tetapi jika kamu mengalir karena Allah Swt yang mengalirkanmu, maka kami berdoa agar Allah mengalirkanmu.

 

Amr bin Ash patuh, surat itu ia lemparkan ke aliran Nil terdekat. Lalu dalam waktu semalam saja, atas izin Allah SWT Sungai Nil kembali mengalir deras hingga setinggi 16 hasta.

 


Sumber: Disarikan dari sebuah kisah dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ismail bin Umar Al-Quraisyi atau karib disebut Imam Ibnu Katsir. 


(SBH)