10 Tanda Menentukan Istiqamah Seseorang

Siti Mahmudah - Inspirasi 31/05/2021
(Photo by Talha R from Pexels)
(Photo by Talha R from Pexels)

Oase.id - Khulafaur Rasyidin mengartikan istiqamah, yakni seperti kemantapan iman, keikhlasan beramal dan menunaikan kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan Allah Swt. Adapun bagi orang-orang khusus (khawash), dimaknai sebagai menghindari dunia dan meninggalkan perhiasannya maupun keinginan-keinginannya.

Suatu ketika dalam Ma’alamut Tanzil, Abu Bakar pernah ditanya mengenai isiqamah, beliau menjawab, “Radhiyallahu anhu (RA) janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Allah.”

Sementara, Umar Radhiyallahu anhu (RA) berkata, “istiqamah artinya hendaklah secara lurus memenuhi perintah dan larangan, dan janganlah kamu menyeleweng secara diam-diam seperti musang.”

Selanjutnya, Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu (RA) berkata, “istiqamah ialah keikhlasan.” 

Dan, Ali Radhiyallahu anhu (RA) mengatakan, “istiqamah ialah melaksanakan kefardhuan-kefardhuan.”

Al-Faqih Abu Laits menjelaskan, tanda istiqamah seseorang, ialah bila ia memelihara sepuluh hal, dengan mewajibkannya atas dirinya, yakni:

1. Memelihara lidah dan menggunjing sebagian orang lain
Allah Swt. berfirman:
“Walaa yaghtab ba’dhukum ba’dhan”
Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian orang lain.”

2. Menjauhi buruk sangka
Allah Swt. berfirman:
“Ijtanibuu katsiiran minazh zhanni inna ba’dhazh zhanni itsman.”
Artinya: “Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa.”

Nabi ﷺ juga bersabda:
“Hindarilah olehmu berburuk sangka, karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta.”

3. Menjauhkan diri dari memperolok-olokkan oranglain
Allah Swt. berfirman:
“Laa yaskhar qaumun min qaumin ‘asaa an yakuunuu khairan lakum.”
Artinya: “Janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan).”

4. Menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan
Allah Swt. berfirman:
“Qul lil mu’miniina yaghudhuu min abshaarihim.”
Artinya: “Katakanlah  kepada orang-orang laki-laki yang berfirman: ‘hendaklah mereka menahan pandangannya.”

5. Kejujuran lidah
Allah Swt. berfirman:
“Wa idzaa qultum fa’diluu.”
Artinya: “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil.”

6. Menafkahkan harta pada jalan Allah Swt.
Allah Swt. berfirman:
“Wa anfiquu min thayyibati maa kasabtum.”
Artinya: “Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.”

7. Tidak boros 
Allah Swt. berfirman:
“Walaa tubadzir tabdziiran.”
Artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

8. Tidak ingin diunggulkan maupun dibesarkan dirinya
“Tilkad daarul  aakhiratu naj’aluhaa lil ladziiina laa yuriiduuna ‘uluwwan fil ardhi walaa fasaadan wal aaqibatu lil muttaqiina.”
Artinya: “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

9. Memelihara salat lima waktu 
“Peliharalah semua salat (mu), dan (peliharalah) salat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu’.”

10. Teguh hati dalam menganut Ahlus Sunnah wal Jamaah
Allah Swt. berfirman:
“Wa anna haadzaa shiraathi mustaqiiman fattabi’uuhu walaa tattabi’us subula fatafarraqa bikum ‘an sabiilihi.”

Bersumber dari Abu Bakar Ar-Razi, ia mengatakan:
“Iman dalam hati seorang mukmin adalah seumpama sebatang pohon yang mempunyai tujuh dahan, satu dahan mencapai lidahnya, sedang buahnya ialah perkataan yang jujur, satu dahan mencapai kedua belah kakinya, sedang buahnya ialah berjalan menuju salat jemaah."

"Satu dahan sampai perutnya, sedang  buahnya ialah memakan yang halal dan meninggalkan barang-barang  yang meragukan, dan satu dahan lagi mencapai nafsunya, sedang buahnya ialah meninggalkan keinginan-keinginan (syahwat)."

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Durratun Nashihin karya Umar bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiy


(ACF)
TAGs: Inspirasi