Memaknai Ajaran Nabi Muhammad Soal Keutamaan Silaturahmi

Siti Mahmudah - Idulfitri 2021 Nabi Muhammad Saw 16/05/2021
Gambar oleh Moshe Harosh dari Pixabay
Gambar oleh Moshe Harosh dari Pixabay

Oase.id - Idulfitri merupakan momen yang cocok untuk berkumpul dengan sanak keluarga. Kendati terhalang mudik karena pandemi Covid-19, silaturahmi virtual masih tetap bisa dilakukan.

Silaturahmi berasal dari bahasa Arab yakni Shilah yang berarti hubungan dan Ar- rahim yang artinya kerabat atau saudara. Kata Rahim diambil dari rahim perempuan, yang menunjukkan sebuah hubungan karib kerabat keturunan.
 
Kata silaturahim diserap ke dalam bahasa Indonesia yakni silaturahmi yang artinya tali persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yang artinya mengikat tali persahabatan (persaudaraan). 

Senada, Imam Nawawi mengatakan, silaturahmi adalah berbuat baik kepada karib kerabat sesuai dengan keadaan orang yang menghubungkan dan orang yang dihubungkan. Terkadang menggunakan harta, adakalanya dengan memberi bantuan tenaga, sekali waktu dengan kunjungan, atau dengan memberi salam, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

 لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

"Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah yang memenuhi (kebutuhan), melainkan orang yang menyambung hubungannya kembali ketika tali silaturrahmi itu sempat terputus." (HR. Bukhari)
 
Suatu ketika diceritakan dalam sebuah riwayat, disebutkan kisah mengenai silaturahim Asma binti Abu Bakar dengan Qutailah binti Abdul Uzza, ibundanya yang non-muslim.

Suatu ketika umat Muslim dan kafir Quraisy dalam suasana gencatan senjata melalui perjanjian Hudaibiyah. Saking rindunya sang ayah kepada anaknya, Qutailah mengunjungi Asma di Madinah. Ia membawakan beberapa makanan untuk putri tersayangnya.

Usai Qutailah tiba di Madinah, Asma ragu untuk menemui dan menerima hadiah dari ibu kandungnya yang non-muslim itu. Karena keraguannya akhirnya Asma bertanya kepada Rasulullah ﷺ.

“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku dan dia sangat ingin aku berbuat baik padanya, apakah aku harus tetap menjalin hubungan dengan ibuku?”

“Ya, sambunglah silaturahim dengannya,” tutur Rasulullah ﷺ.

Demikianlah, hubungan Asma binti Abu Bakar dan Qutailah sempat terputus lantaran perempuan berjuluk Dzatu Nithaqain ini muallaf (masuk Islam), sedangkan ibundanya tetap memeluk agama yang dianut nenek moyangnya.

Keduanya juga terpisah jarak yang cukup jauh setelah Asma dan ayahnya hijrah ke Madinah. Akan tetapi Rasulullah memerintahkan Asma untuk tetap bersilaturahmi meskipun ibu kandungnya seorang non-muslim.

Di Indonesia sendiri, istilah silaturahmi dimaknai lebih luas, tidak hanya untuk memperbaiki hubungan yang sempat terputus, tetapi juga ikatan yang dari awal memang sudah terjalin baik. Dalam artian, tidak hanya ditujukan kepada karib kerabat saja, melainkan kepada siapapun. 

Keutamaan silaturahmi

Silaturahmi adalah hal istimewa yang dianjurkan Nabi. Bahkan, Rasul pernah memberi peringatan bahwa orang yang memutus silaturahim tidak akan masuk surga.

Di samping itu, silaturahim juga memiliki berbagai keutamaan, beberapa di antaranya dapat memudahkan rezeki dan memanjangkan umur.

Sebagaimana tertuang dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ:

“Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan sisa umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Fathul Bari menjelaskan, arti dibentangkan rezekinya adalah ditambahkan keberkahannya. Karena bersilaturahim dengan kerabat termasuk sedekah, dan sedekah bisa menambah harta.

Sementara, Ibnu Bathal dalam Syarh Shahih Al-Bukhari mengemukakan, ada 2 pendapat mengenai maksud dipanjangkan umurnya, yakni;

1. Orang yang bersilaturahmi akan diingat kebaikannya meskipun sudah tutup usia. Seakan-akan ia belum meninggal.

2. Saat ditetapkan umur seseorang di dalam kandungan, dituliskan bahwa apabila ia bersilaturahmi maka umurnya akan dipanjangkan.

Begitupun dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari)

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Atsqalani, Syarif Shahih Bukkhari dan Muslim


(ACF)