Kisah Presenter TV Aiman Witjaksono Insaf dari Ateisme

N Zaid - Pergaulan Islam 10/12/2022
Aiman Witjaksono. SS Youtube Kasisolusi
Aiman Witjaksono. SS Youtube Kasisolusi

Oase.id - Aiman Witjaksono adalah sosok ternama dalam dunia pertelevisian Indonesia. Di balik itu, mantan jurnalis RCTI, Kompas TV yang kini berkarier di iNews itu ternyata pernah mengalami penyimpangan akidah yang parah. Ia meyakini ateisme. Ia tidak mempercayai adanya Tuhan Sang Pencipta.

Keyakinan itu besarang dalam dirinya saat masa SMA. Pria kelahiran 1978 itu mengaku memang senang membaca buku. Ia pun terpengaruh dengan ateisme.

Ia terpapar dengan teori evolusi Darwin di mana manusia berasal dari kera, dan teori big-bang yang berkesimpulan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya karena berawal dari ledakan.

"Terus gue pikir di mana Tuhan waktu itu. Gue tanya gitu, ini bahaya sebenarnya nih, ini (alam semesta) semua terjadi dengan sendirinya kok?," cerita Aiman kepada Deryansha di podcast Youtube Kasisolusi. 

Namun Aiman tidak mau begitu saja larut dalam teori-teori itu. Ia mulai mempertentangkan apa yang ia yakini dengan logikanya. Ia melihat hal-hal yang terdekat dan ternyata menyadari keyakinan ateismenya salah.

"Pada waktu itu gue berpikir di mana posisi Tuhan, akhirnya gue berpikir lagi, enggak usah jauh-jauh berpikir planet, alam semesta, di diri kita dulu deh. Di kulit kita begitu kompleks, bahkan sampai detik ini seluruh yang ada di tubuh kita ini belum terpecahkan oleh ilmu kedokteran. Kalau sudah selesai (terpecahkan), sudah enggak ada dong penelitian karena udah selesai?"

"Contoh penyakit langka, kenapa ada seperti itu kan enggak ada jawabnya, penyebabnya apa? enggak ada yang tahu. Apakah kita masih sombong kalau Tuhan itu enggak ada," paparnya. 

Kesadaran itu membuatnya kemudian rujuk meyakini adanya Sang Maha Pencipta dan lebih mantap memeluk Islam. Aiman sendiri memang berasal dari keluarga muslim. Bahkan kakeknya dari jalur ibu, berasal dari Mesir. Sang kakek bekerja sebagai penerjemah bahasa Arab dan menjadi penyiar Radio RRI di program berbahasa Arab. 

Di luar itu, dalam pencariannya, Aiman akhirnya kagum kepada Al-Quran setelah ia membaca sebuah buku yang menguak keajaiban tentang jumlah kata dengan lawan katanya berjumlah sama dalam Al-Quran. 

"Misalnya saya lupa detilnya, kebaikan dengan keburukan, hitam putih, besar kecil, jumlahnya sama di dalam Al-Quran. Ini matematika Al-Quran," ujarnya. Dengan ribuan kata yang terdapat dalam Al-Quran dan adanya kesamaan jumlah kata dan lawan katanya itu, menurut Aiman mustahil jika Al-Quran dibuat oleh manusia. Terlebih ketika itu tidak ada teknologi komputer yang bisa menghitung jumlah sebuah kata.  

"Dulu enggak ada Microsoft Word,  yang bisa itung kata apa jumlahnya berapa. Kok bisa ada kata-kata seperti itu. Beliau (Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam) tidak bisa baca tulis," kata Aiman.

Tentang pemahaman dalam beragama, Aiman meyakini bahwa kaidahnya yang paling dasar adalah harus sesuai Al-Quran dan Assunah.  

"Mudah saja jawabnya. Islam yang kita pelajari harus islam yang sesuai Al-Quran dan Assunnah. Tidak ada yang lain tidak ada yang bukan. Kalau mau ditambahin ya kesepakatan ulama ijma, ada lagi qiyas. Tapi yang diutamakan Alquran dan Assunah. Itu yang saya yakini dan itulah kemudian kita ahlusunnah wal jamaah."  

"Segala yang kita kerjakan (dalam beribadah) harus ada dasarnya. Itu yang paling penting. Dasarnya dari mana? Al-Quran dan sunnah. Keduanya itu harus merunut pada sejarah penelitian yang detil, penelitian yang rigid. Nah itulah yang kemudian bisa jadi perbedaan tafsir, oleh karena itu harus jelas di situ.  Tetapi bahwa ada satu langkah ketika kita mau melakukan, harus ada dasar hukumnya itu penting," ujar Aiman.


(ACF)