Sahabat adalah Cerminan dari Dirimu

Octri Amelia Suryani - Hukum Islam Pergaulan Islam Nabi Muhammad Saw 01/03/2022
Adab Bergaul Remaja Milenial (Pixabay_hashimpht)
Adab Bergaul Remaja Milenial (Pixabay_hashimpht)

Oase.id - Agama Islam tidak hanya mengatur persoalan akhirat saja, melainkan persoalan dunia juga tidak dapat ditinggalkan. Salah satunya memperhatikan dalam pergaulan. Seorang muslim dianjurkan untuk tidak menyepelekan dalam memilih teman atau sahabat. 

Memilih sahabat bukan berarti menutup diri dari lingkungan sosial. Namun, ini adalah upaya untuk menyelamatkan diri kita dari pengaruh pergaulan yang jelek. Karena sahabat adalah seseorang yang memiliki hubungan sangat dekat dengan kita. Meskipun tidak sedikit orang yang mendapat hidayah disebabkan bergaul dengan teman-teman yang salah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

Artinya: Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sementara itu, pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap. (HR. Bukhari & Muslim)

Hadis di atas menjelaskan tentang dua contoh pertemanan, yaitu berteman dengan penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. 

Bergaul bersama teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang memberikan manfaat dengan bau harum dari minyak wangi. Bisa saja dengan diberi olehnya, atau membeli darinya kita akan mendapat ketenangan dari wangi harum minyak wangi tersebut.

Berbeda dengan si pandai besi yang bisa saja mengenai pakaian orang yang dekat dengannya. Tapi jika tidak, tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap. 

Hadis ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan orang yang memiliki akhlak mulia. Sekaligus larangan bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya.

Artinya, pergaulan atau bagaimana cara kita memilih sahabat dapat mencerminkan diri kita sendiri. Allah berfirman dalam QS. AL-Furqanayau 27-29:

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًا
يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولً
ا

Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduh kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. (27) Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (ku). (28) Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an sesudah Al-Qur'an itu datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak menolong manusia.

Ibn ‘Athailllah as-Sakandari juga mengatakan, yang dikutip dari kitab Al-Hikam:

لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ.

Artinya: Janganlah berteman terhadap orang yang kondisinya tidak membangkitkanmu (untuk meraih rida Allah) dan ucapannya tidak menunjukkanmu kepada Allah.
 


(ACF)