Nabi Muhammad Saw Menentang Rasisme

Fera Rahmatun Nazilah - Nabi Muhammad Saw 11/06/2020
Photo by Lazy_bear from Freepik
Photo by Lazy_bear from Freepik

Oase.id- Problem tindakan rasisme sebenarnya sudah ada dan kerap terjadi sejak ribuan tahun lalu. Contohnya, ihwal perbudakan bangsa kulit hitam yang kala itu dianggap sebagai hal yang lumrah, termasuk di kalangan Bangsa Arab yang begitu kental dengan fanatisme kabilah. 

Allah Swt kemudian mengutus Nabi Muhammad Saw untuk membawa kebenaran dan menjunjung tinggi kesetaraan setiap insan. 

Tauhid dan kesetaraan derajat manusia

Prinsip tauhid yang diajarkan putra Abdullah ini menjadi tombak dasar kesetaraan. Semangatanya adalah hanya Allah Swt yang patut disembah. Sementara manusia hanya berstatus hamba sehingga tak ada seorang pun yang boleh mendominasi dan didominasi, apapun alasannya.

Upaya Rasulullah Saw dalam menghapuskan rasisme sudah terlihat jelas di awal kemunculan Islam. Tepatnya, saat membela Bilal bin Rabah, budak kulit hitam asal Habasyah, atau yang saat ini dikenal Ethiopia, sebuah negara di kawasan Afrika Utara.

Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala menuliskan, orang-orang yang pertama menampakkan keislamannya ada tujuh, yaitu Rasulullah Saw, Abu Bakar, Ammar, Sumayyah, Bilal, Suhaib dan Al-Miqdad.


Baca: Respons Nabi terhadap Usul Kesetaraan Pendidikan Laki-laki dan Perempuan

Pembebasan Bilal dan sikap antirasisme Islam

Allah Swt melindungi Rasulullah Saw melalui perantara pamannya, Abu Thalib. Abu Bakar dibela oleh kaumnya, sedangkan sisanya dengan mudah bisa disiksa kaum musyrikin Makkah. Termasuk di dalamnya, Bilal bin Rabah karena kala itu berstatus sebagai budak Umayyah bin Khalaf, salah seorang tokoh berpengaruh Kafir Quraisy. 


Tatkala matahari begitu terik, Umayyah membaringkan tubuh Bilal di atas padang pasir dan meletakkan batu besar di atas tubuh budaknya itu. Ia memaksa Bilal untuk menyembah Latta dan Uzza, tetapi putra Hamamah itu justru terus berkata “Ahad, Ahad.”

 

Melihat begitu berat siksaan kaum kafir kepada Bilal, Abu Bakar kemudian membebaskan lelaki berjulukan Abu Abdillah tersebut dengan membayarkan tujuh uqiyyah kepada Umayyah. 

Sejak saat itu, Bilal selalu menemani perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw. Ia bahkan diangkat menjadi muazin pertama dalam Islam, juga dipercaya sebagai bendahara Baitul Mal. Sebuah jabatan mulia yang tak mudah didapatkan mantan budak Habasyah di kalangan Arab pada masa itu.

Bagi Rasulullah Saw, rasisme adalah prilaku jahiliyah yang harus dihapuskan. Pernah suatu ketika Abu Dzar mencela Bilal karena warna kulitnya dan garis keturunannya yang non-Arab. Rasulullah Saw kemudian segera menasihati Abu Dzar:

"Wahai Abu Dzar apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) jahiliyyah. Saudara-saudara kalian adalah tanggungan kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan (tanggungan) kalian. Barangsiapa yang saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya), maka jika dia makan berilah makanan seperti yang dia makan. Bila dia berpakaian berilah seperti yang dia pakai, janganlah kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka." (HR. Bukhari)

Upaya Rasulullah Saw menghapuskan rasisme tak hanya ditujukan pada persoalan latar belakang dan warna kulit. Beliau juga mengangkat harkat martabat perempuan yang kala itu diperlakukan Bangsa Arab jahiliyah dengan sangat buruk dan tidak adil.

Sikap anti-rasisme juga terlihat jelas dalam ajaran Islam yang menempatkan umatnya sama. Dalam saf salat misalnya, setiap Muslim berada pada posisi sejajar dan siapapun boleh berada di saf depan. Bahkan dalam ibadah haji, umat Islam dari berbagai penjuru dunia dipersatukan untuk melakukan ritual ibadah yang sama. Tanpa melihat latar belakang, warna kulit, dan jenis kelamin.

Baca: Sha'sha'ah Sang Penyelamat Bayi Masa Jahiliyah


Saking pentingnya penghapusan rasisme, di akhir masa hidupnya, Rasulullah Saw bahkan memperingatkan umat muslim untuk meninggalkan sikap jahiliyah ini, tepatnya saat menyampaikan khutbatul wada.

"Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang non-Arab dan bagi orang non-Arab atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad)

Di hadapan Allah Swt, setiap manusia adalah sama, tak peduli apapun jenis kelaminnya, latar belakangnya, sukunya, atau warna kulitnya, yang membedakan hanya iman dan takwa. 

Dengan terobosan baru yang dibawa Rasulullah Saw kepada bangsa Arab jahiliyah, tak berlebihan rasanya jika menjuluki Rasulullah Saw sebagai tokoh anti-rasisme pertama dalam Islam, atau bahkan mungkin di dunia. 

Sumber: Disarikan dari kisah dan keterangan dalam Siyar A’lam An-Nubala karya Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi, dan Al-Isti’ab fii Ma’rifatil Ashab karya Abu Umar Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdul Bar bin Ashim An-Namiri Al-Qurthub.


(SBH)