Maksud Ungkapan "Tidurnya Orang Berpuasa Itu Ibadah"

Siti Mahmudah - Puasa Ramadhan 27/04/2022
Tidur pagi bisa menghambat rezeki (Gambar oleh LUM3N dari Pixabay)
Tidur pagi bisa menghambat rezeki (Gambar oleh LUM3N dari Pixabay)

Oase.id - Saat menjalankan ibadah puasa, kita sering kali mudah lelah. Hal tersebut, bisa terjadi karena terlalu banyak melakukan aktifitas atau memang karena bermalas-malasan, rebahan, hingga pada akhirnya kebablasan ketiduran. Selain itu karena dalih “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah”.

Padahal, sebenarnya tidak demikian. Ada beberapa hadis terkait ungkapan “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah” itu konteksnya tidak tekstualis. Terdapat makna yang lebih kontekstualis.

Sebagaimana menurut Imam Ghazali dalam ‘Ihya Ulumud Din:
“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih.” (Imam al-Ghazali, Ihya Ulumud Din)

Lalu bagaimana sebenarnya ungkapan dari maksud tidurnya puasa adalah ibadah? Apakah ada kriteria untuk mendapatkan keutamaan berpuasa?

Salah satu hadis terkenal tiap bulan suci Ramadhan adalah keutamaan berpuasa yang bahkan tidurnya pun dinilai sebagai ibadah. Berikut bunyi hadisnya:

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR. Baihaqi)

Bagi sebagian orang, hadis ini menjadi pembenaran bermalas-malasan dan banyak tidur saat berpuasa. Padahal pandangan demikian kuranglah tepat. Sebab, salah satu tata krama dalam berpuasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari. Sebagaimana hadis yang diungkapkan Imam Ghazali di atas. 

Senada, menurut Syekh Nawawi al-Bantani:

“Hadis tidurnya orang berpuasa adalah ibadah ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan ghibah. Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah.” (Syekh Muhammad bin ‘Umar an-Nawawi al-Bantani, Tanqih al-Qaul)

Umat Islam yang berpuasa namun masih melakukan maksiat, sama artinya telah hilang keutamaan puasanya. Seperti dalam hadis “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah". Sebab, tidur yang dia lakukan tidak ditujukan melaksanakan puasa, karena telah dinodai dengan perkara-perkara maksiat.

Hal yang sama pun diungkapkan Syekh Murtadla az-Zabidi:

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, napasnya adalah tasbih, dan diamnya adalah hikmah. Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun tidur merupakan inti dari kelupaan, namun setiap hal yang dapat membantu seseorang melaksanakan ibadah maka juga termasuk sebagai ibadah.” 

Maka, dari hadis di atas dapat diambil konklusi, bahwa tidur saat berpuasa akan bernilai ibadah jika memenuhi 3 kriteria. Pertama, tidak melakukan perbuatan ghibah atau gosip membicarakan kejelekan orang lain. Kedua, tidak bermalas-malasan dalam menjalankan aktifitas beribadah. Ketiga, tidak melakukan perbuatan maksiat yang dilarang Allah Swt.


(ACF)
TAGs: Puasa Ramadhan